`

Sejarah Kecerdasan Buatan

Kecerdasan Buatan sebagai sebuah ide maupun bidang ilmu telah mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa waktu terakhir. Penerapannya yang begitu luas telah memengaruhi kehidupan kita sehari-hari dan membuatnya menjadi bagian tak terpisahkan dari peradaban manusia. Berbicara tentang sejarah Kecerdasan Buatan sebagai sebuah ide akan membawa kita ke cerita panjang tentang fantasi, pelbagai kemungkinan, hingga harapan-harapan manusia.

Pada awalnya manusia membayangkan adanya seperangkat instrumen canggih yang mampu melakukan tugas-tugas yang diasosiasikan dengan proses intelektual tingkat tinggi. Itu merupakan bagian dari karakteristik manusia semisal memaknai, menalar, menggeneralisasi, hingga belajar dari pengalaman-pengalaman masa lalu (Negroponte, 1998).

Sejarah Kecerdasan Buatan Modern

Sejarah Kecerdasan Buatan modern baru dapat dirunut pada awal masa Perang Dunia II ketika pada tahun 1940 Alan Turing menciptakan The Bombe, sebuah mesin pemecah telik sandi Enigma milik militer Jerman. Kala itu, The Bombe secara drastis mengubah peruntungan Sekutu sekaligus menjadi penanda kekalahan pasukan Hitler. Kesuksesan mesin tersebut mendorong Turing berpikir tentang sejauh mana “kecerdasan” mesin ini dapat diukur, jika dibandingkan dengan kecerdasan manusia. Dalam konteks inilah Turing menciptakan Turing Test yang membawa pertanyaan dasar, “Apakah mesin mampu ‘berpikir’ layaknya manusia?”.

Istilah Kecerdasan Buatan sendiri belum muncul saat Turing melontarkan gagasan tersebut. Istilah ini pertama kali digunakan Marvin Minsky dan John McCarthy. Dua ahli komputer dari MIT dan Dartmouth itu terlibat di konferensi riset di Dartmouth College pada tahun 1956. Di konferensi tersebut hadir figur-figur yang dianggap sebagai bapak Kecerdasan Buatan seperti Nathaniel Rochester─orang di balik IBM 701, komputer komersial pertama, dan Claude Shannon─penggagas teori informasi. 

Tak hanya itu, konferensi tersebut juga menjadi titik awal sejarah Kecerdasan Buatan sebagai disiplin ilmu baru. McCarthy mendefinisikannya sebagai “teknik membuat mesin-mesin cerdas” (Buchanan 2006). Sejak saat itulah riset-riset di bidang Kecerdasan Buatan mulai mengalami kemajuan, meskipun melalui fase naik-turun yang dalam kronologi sejarah Kecerdasan Buatan biasanya disebut fase “Summer” dan “Winter”.

Sejarah Kecerdasan Buatan Memasuki Millenium Baru

Menjelang abad ke-21, Kecerdasan Buatan memasuki babak baru dan menunjukkan capaian bersejarah sekaligus simbolik dalam hubungannya dengan kecerdasan manusia. Pada 11 Mei 1997, program Deep Blue hasil pengembangan IBM berhasil menjadi program komputer pertama yang mengalahkan Garry Kasparov. Adapun Garry, ia adalah pecatur legendaris pemegang gelar juara dunia ketika itu (Lewis 2014).

Kemajuan pesat pun terjadi dalam teknologi pembuatan mikrocip. Ini membuka jalan bagi munculnya komputer-komputer baru yang semakin canggih dan mampu memproses data dengan jumlah besar. Kurun terkini sejak 1997 dalam kronik sejarah Kecerdasan Buatan kemudian dapat disebut sebagai Abad Informasi dengan munculnya disiplin-disiplin dan konsep baru seperti Big Data, Deep Learning, Machine Learning. Konsep-konsep tersebut sekarang mendominasi riset-riset berkaitan dengan AI (Toosi, et al. 2021). 

Pada skala global, AI kini merupakan target menarik bagi investor dengan potensi keuntungan miliaran dolar AS per tahun. Dalam periode 2010-2020, jumlah investasi di startup berbasis AI terus tumbuh dari 1,3 miliar dolar AS hingga lebih dari 40 miliar dolar AS. Rata-rata pertumbuhan mereka sekitar 50% (Toosi, et al. 2021). Pada akhirnya, keberhasilan AI sebagai bidang ilmu dan lini bisnis di masa sekarang tidak terlepas dari sejarah Kecerdasan Buatan. Secara keseluruhan, masa depan Kecerdasan Buatan tampak begitu menjanjikan. 

Referensi

Buchanan, Bruce G. 2006. “A (Very) Brief History of Artificial Intelligence.” AI Magazine 53-60.

Lewis, Tanya. 2014. A Brief History of Artificial Intelligence. December 05. https://www.livescience.com/49007-history-of-artificial-intelligence.html.

Negroponte, Nicolas. 1998. Being Digital: Menyiasati Hidup dalam Cengkeraman Sistem Komputer. Jakarta: Mizan.

Toosi, Amirhosein, Andrea Bottino, Babak Saboury, Eliot Siegel, and Arman Rahmim. 2021. “A Brief History of AI: How to Prevent Another Winter (A Critical Review).” Artificial Intelligence and PET Imaging, Part I 449-469.

 

Penulis: Averio Nadhrianto

Editor: M. Wahyu Hidayat